Oleh :
Agnes Davonar
Tuhan
..
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan ..
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun
Cuplikan itu menjadi sedikit bait
dari sebuah tulisan yang ditulis seorang remaja penderita kanker
Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak. Sebuah kanker ganas yang menyerang
pada bagian wajah seorang gadis remaja bernama Gita Sesa Wanda Cantika.
Umurnya masih 13 tahun saat dokter
mengatakan kepada ayahnya bahwa putrinya hanya dapat bertahan selama lima hari
bila tidak melakukan operasi segera.
Hati ayah mana yang tidak hancur
ketika tahu jalannya operasi itu harus membuat sang putri kehilangan sebagian
wajahnya. Sedangkan sang putri mulai bertanya mengapa diwajahnya mulai tumbuh
gumpalan sebesar buah kelapa. Tak ingin melukai hati anaknya, sang ayah
berserta keluarga merahasiakan kanker itu pada Keke, panggilan gadis remaja
aktif dengan sejuta prestasi model dan tarik suara.
Namun perlahan Keke mulai menyadari
dirinya bukan sakit biasa, ia sadar hidupnya tak mungkin akan bertahan lama
dengan pandangan mata yang mulai buta oleh kanker.
Walau akhirnya ia tahu ia terserang
kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah pada siapapun yang merahasiakan
penyakit maut itu padanya.
Ia memberikan senyum kepada siapapun
dan menunjukkan perjuangannya bahwa dengan kanker diwajahnya ia masih mampu
berprestasi dan hidup normal di bangku sekolah. Tuhan menunjukkan kebesaran
hati dengan memberikan nafas panjang padanya untuk lepas dari kanker itu
sesaat.
Perjuangan Keke melawan kanker
membuahkan hasil, Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga
serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Keberhasilan dokter Indonesia
menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi pada putri Indonesia
ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua Dokter di Dunia
bertanya-tanya.
Namun kanker itu kembali setelah
sebuah pesta kebahagiaan sesaat, Keke sadar napasnya di dunia ini semakin
sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan
untuk bernapas lebih lama dari vonis lima hari bertahan hingga tiga tahun
lamanya.
Dokter menyerah terhadap kankernya,
di napasnya terakhir ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang
penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata
lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.
Napasnya telah berakhir 25 desember
2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan Idul Fitri terakhir bersama
keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi. Ribuan air mata
berjatuhan ketika biografi pertamanya dikeluarkan secara online. Pesan Keke
terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan
adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman.
Perjalanan waktu, biografi Keke pun dipasarkan secara luas.
Ditulis oleh Agnes Davonar, buku
yang penuh dengan hikmah dan ketulusan ini diberi judul Surat Kecil untuk Tuhan
ini menjadi buku kedua penulis yang memulai kariernya dari sebuah blogger
dengan situs http://lieagneshendra.blogs.friendster.com.
Misi kemuliaan buku ini cukup
tergambar dengan menyumbangkan sebagian dari hasil penjualan ini kepada yayasan
yang bernaung membantu penderita Kanker di Indonesia. Bahkan, buku ini
diedarkan di luar negeri dengan permintaan penerbit asal Taiwan di bawah
bendera Suaraindo, yang merupakan tabloid berbahasa Indonesia, akan terbit
bulan September awal.
Sedangkan Di Indonesia sendiri akan
diedarkan pekan ketiga Agustus. Sebuah soundtrack yang dinyanyikan oleh
penyanyi cilik Indonesia Ferel dengan judul Sebab Kau Menjagaku menambah arti
kisah perjalanan gadis remaja yang mendapatkan penghargaan sebagai siswa teladan
Indonesia dari pemerintah Indonesia ini.
Agnes davonar sendiri mengakui, air
matanya tak pernah berhenti ketika menuliskan buku ini, sehingga ia berharap
buku ini dapat menjadi sebuah semangat bagi siapapun orang yang mengalami
sebuah cobaan dari Tuhan agar tetap bersyukur dan pasrah. Ayah Agnes davonar
juga meninggal karena sebuah kanker paru-paru sehingga ia begitu bersemangat
menuliskan kisah ini sejak 2 tahun silam dan akhirnya buku ini dapat diedarkan
secara luas.
Sebuah penantian panjang tentang
sebuah keimanan yang layak untuk Anda miliki Well, membaca kisah ini membuat
Saya seolah anak kecil yang rindu akan kasih Tuhan.
Buku ini sendiri mencetak rekor
penjualan 2.000 buku pada penjualan hari pertama. Saya menjadi pengkoleksi
sejati. Mungkin anda juga harus bila anda menyakini diri Anda telah sadar akan
kebesaran Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar